Si Wanita Manis Berhati Mulia

Mukharom.com – Paras wajahnnya manis, putih, rambutnya lurus diikat ke belakang. Aku tak tahu namanya, sungkan untuk berkenalan. Kutemui dia di kereta Commuter Line tujuan Bogor dari stasiun manggarai. Hari itu hari Kamis, saat matahari cukup terik menyinari bumi bagian Indonesia tepatnya di Kota Jakarta.

Jam menunjukkan sekitar pukul setengah 12 siang, kereta berjalan cukup cepat dari Stasiun Manggarai menuju stasiun Bogor. Terlihat lelaki yang cukup tua dan terlihat nampak lelah berdiri tidak jauh dari diriku, wajahnya terlihat sedikit cemas entah memikirkan apa. Tidak lama setelah kereta menjauh dari stasiun wanita di depanku lekas berdiri dan menawarkan kursinya ke lelaki tua tersebut.

“Pak silakan duduk”ujarnya dengan sedikit senyum.
“Oh ya, saya boleh duduk disitu?”
“Iya pak silakan, saya tidak jauh kok”

Kemudian wanita itu berdiri di samping saya, terlihat cukup lelah. Badannya mungil dengan kulit putih dan bersih. Sepertinya dia baru pulang, entah dari pekerjaan atau sekolahnya. Ingin menyapa namun mulut tak berani mengucap, sungkan dan malu dengan diri sendiri. Dia tidak bertumpu pada pegangan yang ada pada langit-langit kereta, terlalu tinggi dan sulit digapai. Hingga akhirnya ia menggunakan slayer untuk berpegangan, mengurangi rasa lelah yang ada pada dirinya.

Lelaki tua itu terlihat tidak tenang, seperti takut terlewat dari stasiun tujuannya. Sambil tengok kanan kiri melihat sekitarnya, memperhatikan sudah sampai mana dirinya berada. Mungkin karena beliau tidak dapat menjangkau sekitar lebih jauh, hingga akhirnya berdiri lagi dan mempersilakan wanita itu duduk. Di sisi lain mungkin lelaki tua itu melihat wajah wanita yang sedikit lelah tersebut.

“Sudah pak, duduk saja tidak masalah”ujar wanita
“Oh gak papa, saya berdiri saja”

Si wanita itupun duduk lagi dan lelaki tua itu berdiri di samping saya. Percakapan pun dimulai, bukan saya yang mulai melainkan orang sekitar dan wanita itu, termasuk orang yang bersama saya yakni atasan alias Boss saya. Lelaki tua itu menaiki Commuter Line dengan tujuan akhir Stasiun depok, yang jaraknya masih beberapa stasiun lagi. Cukup membuat kaki pegal jika berdiri hingga sampai tujuan, sedangkan wanita itu akan turun di Stasiun Pasar Minggu.

Akhirnya si wanita itu berdiri kembali dan mempersilakan lelaki tersebut untuk duduk. Sempat menolak dengan wajah yang tampak agak bingung dan khawatir, namun akhirnya lelaki tersebut duduk kembali. Orang sekitar pun menjelaskan bahwa Stasiun tujuannya, Stasiun Depok masih akan melewati beberapa stasiun lagi. Nantinya akan diberi tahu berupa pengumuman di dalam kereta. Akhirnya lelaki tersebut pun duduk dan melanjutkan perjalanannya menuju stasiun tujuan.

“Ah cuma begitu saja, saya juga sudah biasa begitu” ujar sebagian orang.

Jujur saya merupakan tipikal orang yang cuek, apalagi jika orang yang disekitar tidak nampak begitu tua dan tidak berhak mendapatkan kursi. Belum lagi saya merupakan kaum nunduk, kaum masa kini yang berpedoman pada gadget. Yang sering sekali cuek serta tidak peduli dengan keadaan sekitar. Miris memang, tapi memang tuntutan pekerjaan dan juga hobi atau sekedar hiburan.

Beberapa stasiun dilewati dan sampailah di Stasiun Pasar Minggu, wanita itupun berpamitan kepada kami dan lekas turun meninggalkan kereta. Lelaki itu tetap duduk menunggu tiba di Stasiun tujuannya yakni Stasiun Depok. Stasiun demi stasiun dilewati, tak terasa sampailah di Stasiun tujuan kami yakni Stasiun Tanjung Barat. Kami pun turun meninggalkan kereta dan lanjut ke tujuan utama yakni menemui klien di Daerah Jakarta Barat.

Menemui klien ini merupakan salah satu hal yang berat, biar aku saja. Menerobos keramaian ibu kota di siang bolong dengan perut kosong. Jangan sampai kulit gosong dan membuat  hati kosong.

Fajar Mukharom:
Related Post