Mukharom.com – Hari itu hari Senin, saya baru teringat bahwa pagi itu saya mendapat tugas mengunjungi Klien di daerah Jakarta. Saya baru mengetahuinya ketika rekan kerja saya, mas Arif menghubungi saya via Chat saat itu. “Oh iya” hal yang keluar dari mulutku kala itu. Saya sama sekali tidak mengingatnya, apalagi kalau rekan saya tidak mengingatkan. Sahur di pagi itu agak ditambah porsinya, karena perlu tenaga yang cukup banyak pastinya untuk menerjang Jakarta.
Malam sebelumnya saya terasa senang, buka puasa bersama kawan lama yang jarang ditemui. Sampai lupa bahwa besok sudah jumpa lagi dengan hari Senin. Hari yang menyeramkan bagi sebagian orang. Malam itu dilewati dengan begitu saja, tanpa ada rasa yang aneh di dalam diri ini.
Jam 4 kurang 15 menit, waktunya untuk bangun. Melakukan aktivitas rutin di bulan Ramadhan, yaitu melakukan santap Sahur. Pagi itu tidak seperti biasanya, entah kenapa rasanya mual. Namun santap sahur tetap harus dilakukan, untuk bekal energi di Senin siang, apalagi harus menerjang Jakarta.
Sebelum imsyak kuputuskan untuk menyantap suplemen tambahan, dengan maksud agar mual ini hilang. Hingga adzan Subuh berkumandang dan akupun bergegas ambil wudhu, kemudian Sholat. Setelah itu tidur lagi dan berdoa agar mual itu hilang saat terbangun nanti.
Alarm pun berbunyi. Senin pagi benar-benar datang. Tak ambil pikir panjang karena khawatir memakan waktu, maka aku langsung ambil handuk. Mandi pagi itu terasa aneh, seperti ada yang melayang-layang di kepala. Terasa berat. Kemudian perut itu menggerutu, ada sesuatu yang tidak betah disana dan harus pergi. Berulang kali, tidak hanya sekali saja datangnya. Ditambah rasa mual yang menjadi-jadi. “Wah gawat” hanya itu yang terpikir di kepala.
Pagi itu saya menyerah, tidak yakin akan berjalan dengan baik kalau seandainya dipaksakan. Ku panggil ibuku, dan diambil olehnya uang logam dan minyak kayu putih. Goresan lukisan berwarna merah digambarkannya di punggungku, motifnya garis yang agak menyerong seperti tulang ikan. Yang hampir mengeluarkan santap sahurku waktu itu, apalagi ketika ada sedikit pijatan, terasa ada yang mendorong keluar lewat mulut. Untung saja hanya angin yang keluar, tidak dengan rekan yang lain.
Ku buka aplikasi Telegram Mesengger, terpaksa aku izin hari itu. Sebenarnya berat hati untuk izin di Senin pagi, tapi mau bagaimana lagi. Pagi itu hanya bisa terbaring, sembari menahan rasa mual yang masih terasa dan beberapa kali keluar masuk toilet.
Harapanku jangan ada angin lagi, kali ini.