Mukharom.com – Pandemi Covid-19 belum juga berakhir, dampaknya sangat banyak terjadi diberbagai lapisan masyarakat diseluruh dunia. Tidak semua terkena dampak negatif, ada juga yang terkena dampak positif terutama pada sektor teknologi dan informasi. Namun kalangan menengah kebawah banyak yang merasakan dampak negatifnya, karena beberapa kebijakan untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Gerakan dirumah saja dan pembatasan sosial berskala besar (psbb) membuat beberapa kegiatan ekonomi macet, banyak aktifitas yang batal, dan perusahaan mengurangi karyawannya.
Termasuk bapak saya yang berprofesi sebagai supir (bahasa kerennya driver) di salahsatu perusahaan swasta yang bergerak dibidang rental mobil, yang terpaksa dirumahkan sejak akhir tahun lalu. Sebenarnya bukan pandemi ini sebabnya, melainkan permasalahan kontrak dengan ‘klien’ perusahaan tersebut. Namun harapan bekerja lagi pupus setelah pandemi ini berlangsung, dengan pembatasan berbagai aktifitas mustahil rasanya jika bapak saya dapat dipanggil untuk bekerja lagi –dilain perusahaan sekalipun. Hingga saat ini bapak disibukkan dengan melanjutkan pembangunan ‘rumah cadangan’ kami, cadangan jika rumah yang kami tinggali digusur oleh pemerintah.
Ya selama 20 tahun lebih keluarga kami tinggal diatas tanah garapan yang berada dipinggir perbatasan Kota Jakarta dan Bekasi. Isu-isu penggusuran sudah seringkali kami terima selama tinggal, namun Alhamdulillah hingga kini rumah kami masih tetap berdiri tegak. Sejak tahun kemarin keluarga kami mulai membangun ‘rumah cadangan’, agar kami lebih tenang jika isu penggusuran terdengar kembali yang memang kami tidak harapkan. Walau dengan modal seadanya dan waktu pembangunan yang lama, kami sangat bersemangat bersama menantinya. Bapak saya sekarang menyibukkan waktunya untuk melanjutkan pembangunan rumah itu dengan seorang diri, terkadang saya membantunya walau hanya sesekali. Membayar tukang bangunan terasa sulit ditengah pandemi ini, membeli bahan material pun sudah cukup berat.
Berbeda lagi dengan kakak saya, yang saat ini sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak. Dia tidak dirumahkan selama pandemi berlangsung, namun pemasukkan perusahaan tempatnya bekerja sangat menurun tajam. Perusahaan tersebut biasanya mengurusi event (event organizer) untuk acara Family Gathering, Anniversary Perusahaan swasta maupun negara, yang dimasa pandemi ini sangat dilarang untuk berkumpul. Seluruh event yang sudah dijadwalkan terkena pembatalan oleh klien-nya, rencana yang sudah disusun gagal, booking yang sudah dilakukan pun dibatalkan. Pandemi mengubah roda ekonomi perusahaan tersebut dengan begitu cepatnya, yang mungkin tidak disangka oleh pemimpinnya.
Salah satu hal yang harus dilakukan yakni memutar otak, melihat peluang, dan memanfaatkan peluang itu menjadi pendapatan. Berjualan wastafel dan cairan hand sanitizer adalah salah satu alternatif yang diambil, dengan sasaran ke perusahaan yang sudah menjalin kerjasama sebelumnya. Setidaknya hal tersebut cukup untuk membayar beberapa karyawannya, yang walaupun tidak dapat dibayar secara penuh. Ya gaji kakak perempuan saya terkena dampak pengurangan semenjak pandemi berlangsung hingga saat ini, tak ada yang mengira sebelumnya.
Kalau ibu saya lain lagi ceritanya, Ibu rumah tangga sekaligus pedagang warung kelontong ini mengalami persaingan bisnis. Beberapa warung baru muncul di gang kampung saya, yang mungkin suaminya juga ikut terdampak pandemi ini. Sekarang dengan jarak sekitar 20meter terdapat 5 warung kelontong yang menghiasi, yang bisa dihitung dengan rata-rata ada 1 warung disetiap 4meter. Pembeli pun dapat memilih warung sesuai prefensi mereka masing-masing, memilih harga yang lebih murah, memilih orang yang ia sudah kenal, atau mencoba setiap warung untuk mencari yang terbaik. Pengurangan pendapatan dirasakan oleh ibu, yang tidak menentu, dibandingkan dengan beberapa waktu sebelumnya.
Adik bontot saya pun ikutan terdampak. Tahun ini adalah tahunnya ia masuk ke Sekolah Dasar, jenjang pendidikan baru yang ia tempuh setelah melalui Taman Kanak-kanaknya. Pendaftaran tahun ini saya yang mengurus, dengan pendaftara melalui jalur online karena adanya PSBB. Sama sekali tidak datang ke sekolah ketika pendaftaran, hanya saat validasi dokumen ketika sudah diterima. Hari-harinya dilalui dengan belajar dirumah, tidak kenal teman satu sama-lain, tidak tau seperti apa diajar guru barunya, tidak ada bermain dengan teman barunya.
Bersyukurlah saya sebagai anak lelaki satu-satunya (yang masih ada) hingga saat ini. Yang masih bisa bertahan, bekerja, mendapatkan gaji tanpa terdampak selama pandemi berlangsung. Walau ada beberapa klien di tempat perusahaan yang terkena dampaknya, namun tidak berdampak besar bagi perusahaan tempat saya bekerja. Saya dapat bekerja seperti seharusnya, walau sempat bekerja dirumah dan tidak mondar-mandir mengunjungi klien untuk pertemuan meeting. Saya tidak salah memilih jurusan IT saat sekolah lalu, yang perkembangannya sangat pesat dan banyak sekali dibutuhkan oleh banyak perusahaan. Walau job utama saya bukan sebagai IT-man saat ini, tapi saya merasa beruntung bekerja di Excellent yakni perusahaan yang bekerja dibidang IT.
Sebagai salah satu yang tidak terkena dampak, saya harus menutupi semua dampak yang menimpa keluarga saya. Saya tidak mau egois dengan keluarga sendiri, dan seolah tidak perduli dengan keadaan. Untungnya aktifitas kuliah dilakukan secara online, yang membuat saya lebih dapat meminimalisir pengeluaran saya mulai dari ongkos transportasi, parkir, hingga biaya ‘konsumsi nongkrong’. Juga ada pengurangan biaya kuliah yang walau tidak signifikan selisihnya yang diberikan oleh kampus, setidaknya ada pengeluaran yang berkurang untuk menyeimbangkan pengeluaran tambahan lainnya. Hidup ditengah pandemi ini memang berat bagi banyak orang, bersyukur adalah hal yang harus dilakukan bagi kita yang tidak terdampak.
Sampai kapan pandemi ini akan berlangsung? Tidak ada yang tahu pastinya, saya berharap segeralah berlalu. Tahun depan saya ingin saat wisuda dihadiri kedua orang tua tercinta, ingin membanggakan mereka yang sudah menyemangati anaknya selama ini. Menyusul kakak saya yang sudah wisuda sebelumnya.
Pandemi, cepatlah berlalu.