Berkeliling Jawa Tengah dalam Sehari

Mukharom.com Selasa pagi di Semarang kali ini saya terbangun dengan keadaan kedinginan. Tempat menginap saya di The Backpacker yang berada di kawasan Simpang Lima Semarang sangat dingin. Bukan karena cuacanya yang dingin di tempat tersebut, melainkan AC atau pendingin ruangan yang di set dingin, ditambah lagi tamu yang menginap sedikit dan kamarnya kecil. Tapi lumayan hitung-hitung sekalian latihan untuk menginap di luar negeri nanti yang memiliki musim dingin 😀

Pagi ini saya tidak perlu mencari sarapan pagi keluar dari penginapan & mengeluarkan uang tambahan. Pasalnya dari pihak penginapan sudah menyediakan sarapan pagi untuk para tamunya. Lumayan lah bisa mengemat uang dan tenaga untuk pergi ke luar mencari sarapan 😀 . Menginap di The Backpacker bagaikan di rumah teman sendiri, pemiliknya ramah dan enak diajak ngobrol, tempatnya ala rumah biasa bukan seperti penginapan yang desain ruangannya kaku. Kita juga mendapatkan pinjaman handuk, selimut, dan peralatan mandi hanya dengan biaya Rp70.000-an per malamnya (sudah termasuk sarapan jika di penyedia online). Karena nyaman dan cukup betah saya memperpanjang masa menginap saya semalam karena besoknya harus pindah lagi ke Kota Surabaya.

Mencoba Bus Trans Semarang

Karena lokasi penginapan saya yang tidak begitu jauh dengan Simpang Lima, semalam saya sudah melihat adanya halte disana. Halte tersebut merupakan halte Bus Trans Semarang, merupakan halte yang besar karena terletak di Pusat Kota yang Ramai. Saya pun memutuskan untuk mencoba menggunakan transportasi tersebut untuk mencapai lokasi yang ingin dituju selanjutnya. Biaya per orangnya untuk menaiki bus tersebut sama seperti TransJakarta yakni Rp3.500,- per orang. Jika kamu seorang pelajar atau Mahasiswa malah hanya dikenakan biaya Rp1.000,- per orangnya. Langkah tersebut sepertinya diambil agar banyak warga yang menaiki mode Transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi, tujuan utamanya agar mengurangi kemacetan di daerah Semarang.

Suasana Halte Trans Semarang Simpang Lima

Karena menggunakan transportasi umum, pastinya waktu yang ditempuh untuk mencapai tempat yang dituju membutuhkan waktu tambahan. Pertama saya harus menunggu kedatangan bus dengan tujuan yang saya ingin tersebut, kedua saya harus mengikuti rute bus tersebut dan harus berhenti di beberapa halte. Sambil menunggu bus datang, saya pun melihat-lihat Peta rute dan Peta Wisata yang disediakan di Halte tersebut. Kemudian bus dengan tujuan PRPP pun datang, bus tersebut lah yang akan mengantarkan saya ke lokasi Wisata Maerokoco, taman mangrove sekaligus Taman Mini nya Semarang. Saya pun langsung naik bersama penumpang lainnya yang berada.

Perjalanan ke Maerokoco memerlukan waktu yang cukup lama dibanding dengan menggunakan sepeda motor. Maklum saja, karena bus tersebut harus berhenti di beberapa halte untuk menurukan maupun mengangkut penumpang. Rute jalan yang diambil pun harus mengikuti halte berada, bukan rute tercepat yang diambil. Saat itu penumpang yang ada tidak terlalu padat, dan saya masih mendapatkan kursi untuk duduk hingga tiba di lokasi.

Petualangan di Maerokoco Semarang

Sampai di tempat pemberhentian bus tersebut, yakni di sebrang Pusat Rekeasi dan Promosi Pembangunan (PRPP) Semarang. Untuk mencapat lokasi ke Grand Maerokoco saya harus berjalan kaki sekitar 400 KM dari sebrang jalan tersebut. Tiket masuk ke Objek Wisata Grand Maerokoco hanya sebesar Rp10.000,- per orang untuk orang dewasa. Kemudian saya langsung masuk ke tempat tersebut dan mulai menjelajahnya, tempat yang paling pertama saya tuju adalah Taman Mangrove. Saat itu cuacanya sedang panas sekali, terik matahari terasa hingga lapisan dalam kulit. Saya memilih berteduh di bawah pohon di pinggir danau dengan pemandangan pohon mangrove sambil mengobrol dengan petugas yang ada.

Grand Maerokoco ini memiliki tempat yang sangat luas, terdiri dari taman/hutan mangrove yang memiliki danau yang cukup luas. Taman mangrove ini biasanya menjadi sasaran utama untuk berfoto-foto ria karena memiliki view yang cukup bagus. Namun jika mau yang takut panas dan takut hitam, tempat ini sangat tidak cocok kamu kunjungi di pagi menjelang siang atau di siang hari. Saya sempatkan mengambil foto view tempat sekitar dan selfie sambil berkeliling menuju ke Taman Mini-nya Semarang.

Tiba di tempat lokasi tempat anjungan-anjungan berada, benar saja tempat ini mirip dengan Taman Mini Indonesia Indah dan cocok dijuluki dengan Taman Mininya Semarang. Perbedaan Utamanya adalah anjungan yang berada disini hanya daerah yang ada di Jawa Tengah saja, maka dari itu dijuluki sebagai Taman Mini Jawa Tengah. Tidak seperti TMII yang jarak setiap anjungannya cukup jauh, disini jarak antar anjungan tidak begitu jauh dan masih nyaman dijangkau dengan berjalan kaki.

Selain anjungan, yang menarik disini juga terdapat miniatur dari icon atau ciri khas dari daerah masing-masing (bukan icon jalan toll ya 😀 ). Miniatur tersebut dibuat cukup baik, contohnya adalah miniatur dari Candi yang ada di berbagai daerah. Saat saya mengupload Candi Borobudur dengan view yang saya mirip-miripkan dengan kondisi di depan pun ada yang percaya bahwa saya disana. Artinya sang pembuat miniatur sukses membuat miniatur yang mirip dengan kondisi atau bangunan aslinya. Good job man 😀 !

Ternyata Taman Mini Jawa Tengah itu cukup besar juga, kota dan Kabupaten yang ada juga cukup banyak. Memang Indonesia ini memiliki banyak ragam khas dan budaya di setiap daerahnya, saya cinta Indonesia! Setelah melihat beberapa anjungan serta miniatur bangunan maupun candi yang ada, saya pun memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut. Lumayan pegal juga karena harus memutari berbagai anjungan yang ada dan jarak keseluruhannya jauh. Saya pun memesan Go-Jek untuk berpindah tempat ke tujuan selanjutnya agar lebih cepat dan praktis.

Museum Ranggawarsito yang Seperti di Museumkan

Jarak dari Maerokoco ke Museum Ranggawarsita ini tidak begitu jauh yakni sekitar 4 KM dan saya tempuh dengan menggunakan ojek online. Saya tidak sanggup bila harus menunggu Trans Semarang di siang hari yang sangat terik itu. Lalu lintas di Kota Semarang cukup lancar dan tertib, namun mungkin jika saya mengendarai motor cukup bingung karena beberapa persimpangan memiliki lampu merah dan belokan yang membingungkan 😀 . Perjalanan ditempuh sekitar 15 menit karena beberapa kali terkena lampu merah dan harus menunggu hijau.

Tiba di museum sayapun langsung memesan tiket masuknya, sebenarnya saya belum mengetahui persis isi dari museum tersebut. Yang saya tahu hanyalah berupa beberapa sejarah Jawa di Indonesia. Museum ini sangat sepiiiiiiii sekali, awalnya saya ragu masuk karena tidak ada orang satupun selain saya yang memasuki ruang pameran. Namun karena saya bersifat pemberani dan berjiwa kuat, saya memasuki dan mulai menjelajah museum tersebut sendiri. Sangat berbeda sekali dengan Museum Batik di Pekalongan yang sebelumnya pernah saya kunjungi https://mukharom.com/petualangan-ke-museum-batik-pekalongan/ .

Saya sempat mempelajari beberapa batu-batuan yang ada di alam Indonesia dan proses pembentukannya. Yang saya tertarik adalah dengan batubara yang ada di museum tersebut. Terdapat benda dari batu bara itu sendiri dan proses pembentukan serta manfaat dari Batu Bara itu sendiri, saya jadi langsung teringat dengan Kalimantan dan berbagai kenangannya 😀 . Sayangnya batu bara tersebut tidak dapat dipegang oleh tangan kita karena dibatasi oleh kaca, padahal saya penasaran dengan texture dari batu bara tersebut, mungkin karena takut diambil oleh pengunjung yang ada.

Terdapat juga sejarah binatang di Jawa dan Penemuan fosil-fosilnya, sebenarnya tidak hanya binatang saja melainkan ada juga manusia Purba yang memang ada yang ditemukan fosilnya di Jawa. Seketika saya langsung mengingat masa-masa sekolah dulu dan mengulang kembali pelajaran tersebut. Selain dalam bentuk gambar, di museum tersebut juga diperlihatkan beberapa fosil sungguhan dan ilustrasi dengan menggunakan patung buatan.

Singgah di Masjid Agung Jawa Tengah

3 Gedung pameran sudah saya jelajahi, sebenarnya masih ada beberapa gedung lagi yang belum saya lihat. Namun ketika saya melihat sekilas, yang dipamerkan dalam gedung tersebut tidak begitu menarik. Ditambah lagi saya sudah cukup lelah dan butuh istirahat, ditambah lagi tempatnya semakin terlihat menyeramkan dan remang-remang 😀 . Akhirnya saya memutuskan untuk beristirahat sebentar di sofa yang ada, sambil mencari referensi tujuan untuk di keesokan hari. Adzan pun sudah berkumandang, perut sudah lapar rasanya, akhirnya saya meninggalkan museum tersebut dan memesan Go-Jek kembali untuk menuju ke Masjid Agung Jawa Tengah.

Lokasinya cukup jauh dari Museum yakni sekitar 8 KM yang ditempuh menggunakan ojek online. Saya sangat penasaran dengan Masjid tersebut yang memiliki desain bangunan yang sangat megah dan juga memiliki Payung Besar yang bisa terbuka layaknya payung pada Masjid Nabawi. Ternyata benar saja, saya takjub dibuatnya. Bangunan masjid tersebut memiliki pelataran yang sangat luas, angin berhembus kencang, serta disambut air mancur di pintu masuknya. Saya merasa berada di Negara lain ketika berada di Masjid tersebut. Tidak lupa saya pun menyempatkan untuk berfoto-foto terlebih dahulu dan selfie tentunya untuk mengabadikan momen tersebut.

Setelah cukup puas berfoto-foto sayapun langsung bergegas menuju dalam masjid untuk melaksanakan Sholat Dzuhur. Ketika melewati batas suci dan harus melepas alas kaki, disitulah perjuangan dimulai. Lantai pada halaman masjid tersebut sangat panas dan membuat kaki ini ingin berlari, akhirnya saya menyiasati dengan tidak melepas kaus kaki untuk mengurangi rasa panas tersebut. Maklum saya datang disaat matahari sedang asyik menyinari bumi, tidak heran bila akan terasa panas.

Buat kalian yang belum tahu, tempat wudhu masjid ini terdapat dibagian bawah masjid. Jadi kamu harus turun terlebih dahulu jika sudah sampai diatas. Adapun tempat wudhu wanita ada di bagian kiri, sedangkan pria ada di bagian kanan masjid. Jika sudah mengambil air wudhu kamu bisa langsung naik ke lantai atas untuk melaksanakan ibadah Sholat.

Makan siang dan kembali beristirahat

Saking akjubnya dengan masjid tersebut saya sampai lupa kalo belum makan siang hari ini, setelah selesai sholat dan puas berfoto-foto sayapun keluar dari halaman masjid dan mencari penjual makanan. Dari berbagai penjual makanan, kali ini saya tertarik dengan Soto yang ada di seberang jalan tersebut. Ditemani dengan Jeruk hangat yang menambah kesegaran di siang hari itu.

Saya sempat kaget ketika diantar pesanan tersebut ke meja tempat duduk saya, “Wah ini ga salah?”. Mangkuk yang diantar ke meja saya berukuran sangat kecil seperti mangkuk mainan milik adik saya. Kemudian saya pun meminta nasi untuk menambah isi di perut saya. Dan diantarkannya lagi mangkuk kecil yang berisi nasi. Entah memang mereka hanya memiliki mangkuk tersebut atau memang khas dari sotonya adalah dari mangkuk.

Saat saya coba aduk ternyata di dalam soto tersebut sudah terdapat nasi dibawahnya. Yang benar aja masa saya makan nasi double 😀 . Akhirnya saya kembalikan nasi yang belum di sentuh tersebut dan memakan soto mini yang sudah kucicipi tersebut. Rasanya enak dan kuahnya cukup segar, tidak terlalu banyak bumbu yang aneh-aneh dan cocok bagi lidah saya. Walaupun porsinya terlihat mini, namun ternyata setelah menghabiskan soto tersebut perut saya bisa merasakan kenyang dan tidak kekurangan 😀 .

Makanan sudah habis tak tersisa, hari mulai sore, terlihat awan sudah mulai mendung dan tanda-tanda akan turun hujan. Saya memilih cari aman saja dan kembali ke penginapan untuk beristirahat dan menghindari hujan turun. Kembali saya pesan Go-Jek dengan tujuan The Backpacker tempat menginap saya, yang lokasinya sekitar 4KM dari masjid tersebut.

Sampai di penginapan saya pun langsung beristirahat dan meluruskan kaki, ditambah baluran minyak oles untuk menghindari pegal-pegal di keesokan harinya. Hari ini terasa sangat lelah kaki melangkah, benar saja ternyata ketika saya melihat smartwatch yang saya gunakan terdeteksi saya sudah melangkah sejauh hampir 7KM jauhnya. Sayapun memutuskan beristirahat di kamar hingga akhirnya hujan turun membasahi kota Semarang.

Beruntunglah saya sudah sampai di penginapan dan tidak bertemu dengannya saat dijalan tadi. Karena kangen, hujan turun agak lama hingga terdengar Adzan Magrib berkumandang. Saya pun mengisi waktu dengan memulai tulisan hari ini di teras dengan iringan rintik hujan dan menanti senja tiba.

Memang sepertinya hari ini cukup sampai sini saja, saya baru ingat besok pagi harus check out dan pergi ke Stasiun untuk berpindah ke Surabaya. Belum lagi dengan menaiki gerbong Ekonomi yang kurang nyaman untuk beristirahat. Saya harus mempersiapkan tenaga untuk menempuh perjalanan ekonomi besok selama 4 jam lamanya. Semoga besok berjalan lancar dan dapat menulis kembali kelanjutan dari kisah perjalananku.

Have a good day!

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *