Petualangan ke Museum Batik Pekalongan
Mukharom.com – Kemarin Sabtu, 12 Januari 2019 merupakan perjalanan pertama liburan saya di tahun 2019 ini dan menjadi perjalanan pertama saya juga ke Kota Pekalongan ditambah lagi sendiri atau istilahnya Backpacker-an. Pada postingan sebelumnya saya sudah bercerita tentang apa yang didapatkan yakni Undian Liburan Perusahaan di Awal Tahun 2019 dan rencana kota-kota yang akan saya kunjungi. Jika kalian ada yang belum membacanya silakan menuju link ini.
Saya menempuh perjalanan darat menggunakan Kereta Api dari Stasiun Gambir yang berangkat pukul 07:00 pagi. Kebetulan rumah saya tidak jauh dari Stasiun Cakung, saya pun berangkat dari rumah pukul 05:30 diantar Bapak dan Adik menggunakan sepeda motor. Commuter line di hari Sabtu Pagi cukup bersahabat, tidak seperti pada hari kerja yang padatnya luar biasa bagai nasi yang dibungkus. Saya turun di Stasiun Gondangdia dan melanjutkan perjalanan menggunakan Go-Jek menuju stasiun Gambir. Untungnya waktu yang sudah saya rencanakan berjalan tepat sesuai rencana, tiba disana saya langsung mencetak tiket, pergi ke Toilet, ke Minimarket untuk membeli minum, dan langsung check in serta menaiki kereta.
Perjalanan di Kereta Api
Perjalanan yang ditempuh menuju Pekalongan ini memakan waktu sekitar 5 jam, estimasi tiba di Stasiun Pekalongan yakni pukul 11:43 WIB. Perjalanan sepanjang jalan disuguhkan dengan pemandangan alam berupa sawah dan rumah penduduk. Saya sempat beristirahat tidur sebentar di perjalanan untuk menyiapkan diri di Pekalongan nanti. Sambil menunggu saya pun sambil menulis sedikit untuk postingan ini 😛 .
Tiba di stasiun saya langsung membuka aplikasi Go-Jek dan memeriksa ketersediaan driver. Alhamdulillah di Kota Pekalongan ini ternyata sudah cukup banyak Driver Go-Jek, saya pun langsung memesannya untuk pergi ke penyewaan sepeda motor. Tetapi saya harus berjalan beberapa meter terlebih dahulu untuk naik GoJek tersebut, ya tahu lah drama antara Ojol dan Opang memang sadis.
Mengambil Sewaan Sepeda Motor
Untuk transportasi kesana kemari di Kota Pekalongan, saya memilih untuk menyewa kendaraan sepeda motor agar memudahkan transportasi saya. Saya menyewa sepeda motor selama sehari penuh untuk transportasi disana. Lokasinya tidak begitu jauh dari Stasiun Pekalongan yakni sekitar 5 km atau hanya memerlukan biaya 7ribu menggunakan Ojek Online. Sampai disana ternyata orangnya ramah, terlihat agak berbeda dengan balasan di chat Whatsapp 😛 .
Saya menggunakan motor Honda Beat untuk bepergian di Pekalongan, rencananya lokasi yang saya ingin kunjungi tidak terlalu jauh. Alasan pertama karena sendiri dan tidak hapal jalan sekitar. Tapi perjalanan saya selalu ditemani dengan Google Maps yang selalu memberi tau arah dan belokan yang harus diambi. Benar saja, saya menggunakan mode navigasi ditambah headset agar ada yang membimbing saya di jalan supaya nggak nyasar 😀
Istirahat dan Beribadah di Masjid dekat Alun-alun
Cuaca siang hari di Pekalongan mirip seperti di Bekasi, panas dan terik sekali. Saya pun memutuskan untuk beristirahat sebentar di Masjid di sebrang Alun-alun Kota Pekalongan, kebetulan satu arah dengan lokasi yang akan saya kunjungi. Masjidnya cukup luas terutama pelatarannya, gaya bangunannya gabungan dari gaya modern dengan beton-beton yang ada, ditambah dengan kayu-kayu yang membantu menopang bangunan tersebut.
Hawanya cukup adem dan dapat sedikit menyejukkan daripada cuaca diluar sana. Saya beristirahat sambil mencari-cari tempat kuliner yang menarik dan ramah di kantong dengan Google Maps, namun saya tidak menemukannya dan akhirnya pergi dan langsung mencarinya.
Mengunjungi Museum Batik Pekalongan
Saya tiba di Museum Batik Pekalongan sekitar jam 1 siang dengan perut lapar, saya pun tidak memaksakan diri untuk langsung masuk ke museum tersebut. Saya mengamati lingkungan sekitar dan mencari penjual makanan yang dapat mengisi perut saya. Untungnya di depan museum tersebut terdapat taman yang ditempati beberapa pedagang makanan dan minuman. Akhirnya saya memutuskan untuk makan di tempat Ibu penjual Soto Ayam Tauto yang berada di seberang. Ditemani dengan es teh manis yang segar menambah semangat di siang hari tersebut.
Setelah perut terisi kenyang saya pun langsung masuk ke museum untuk melihat jenis dan sejarah batik yang ada. Sampai di museum disambut sangat ramah oleh para staffnya, Tiket masuk ke museum tersebut hanya Rp5.000,- saja untuk orang dewasa. Kemudian saya pun masuk satu per satu ke ruangan yang ada, tidak disangka ternyata staff tersebut mendampingi saya untuk melihat-lihat dan memberikan penjelasan terhadap barang yang ada. Saya pikir saya akan melihat-lihat sendiri saja di museum tersebut tanpa adanya pendampingan, karena kebetulan saat saya datang sedang sepi dan saya di ruangan tersebut sendiri.
Beberapa lama kemudian datang satu keluarga dari Bandung yang mengunjungi museum tersebut, beliau memiliki butik dan sudah tidak begitu asing dengan beberapa motif batik. Akhirnya kami berempat melakukan tour di museum tersebut dengan pendampingan staff wanita yang manis itu 😀 . Satu per satu ruangan dimasuki, setiap barang yang ada di museum dijelaskan dengan detail oleh mbaknya. Banyak hal yang baru saya ketahui tentang batik setelah masuk ke museum tersebut, mulai dari perbedaan batik asli dengan batik sablon, sejarah batik, dan arti serta makna dari sebuah corak batik.
Setelah lama menjelajah di ruang pameran yang ada, sekitar 4 ruangan kami datangi dengan berbagai jenis dan corak batik akhirnya kami tiba di langkah terakhir. Saya sempat kaget dan terkejut (haha lebay), pasalnya kita diperkenankan untuk membatik menggunakan canting untuk membuat batik tulis. Praktek membatik tersebut sudah termasuk dengan biaya masuk ke Museum dan tidak dikenakan biaya tambahan untuk membatiknya.
Setiap pengunjung diberikan kain seukuran sapu tangan beserta pensil. Peserta bebas mengekspresikan batik yang ingin dibuat tanpa mencontek desain batik yang sudah ada. Saya sempat bingung ingin membuat corak atau gambar yang bagaimana untuk dituangkan di kain tersebut. Akhirnya saya menggabungkan beberapa corak batik yang saya sempat lihat sebelumnya di museum yakni gambar hewan (burung/ayam) dengan tumbuhan (bunga). Lalu mulailah saya membuat pola menggunakan pensil di kain tersebut yang sedikit abstrak.
Setelah membuat pola setiap pengunjung diperkenan untuk melapisi pola yang dibuat dengan lilin malam yang sudah disediakan. Para pengunjung diberikan canting satu persatu dan disediakan juga lilin malam yang sudah dipanaskan. Proses ini jauh lebih sulit dibandingkan dengan membuat pola tadi, perlu adanya ketekunan dan konsentrasi tinggi karena tidak mudah. Saat saya praktek banyak kegagalan dan faktor yang mengakibatkan kegagalan seperti
- Tangan gemetar karena tidak terbiasa
- Menetesnya malam ke kain bagian lain
- Kurang tebalnya malam sehingga tidak menembus kain
Proses melapisi pola dengan malam yang benar adalah tingkat ketebalan malam yang pas dan bisa menembus kain dibaliknya. Dengan begitu saat proses pewarnaan nanti hasilnya akan lebih bagus dan warna tidak ada yang merembas ke pola yang dibuat. Namun jika hasilnya kurang sempurna masih dapat disiasati dengan menambal sisi baliknya, tentunya harus lebih teliti jangan sampai merusak sisi sebelumnya.
Membatik pun selesai, setiap pengunjung boleh membawa pulang hasil karya mereka. Sayangnya proses membatik hanya sampai mencanting saja, tidak sampai proses pewarnaan dan pelunturan malam. Padahal proses tersebut yang saya ingin ketahui juga. Tapi sejauh ini saya sangat puas dengan pelayanan yang diberikan Museum Batik Pekalongan tersebut.
Check-In Penginapan & Gagal Melanjut
Karena beban tas di punggung cukup menyiksa badan ini, sayapun memutuskan untuk menyimpan tas terlebih dahulu untuk melanjutkan perjalanan. Saya berencana lanjut pergi ke Taman Mangrove yang berjarak tidak terlalu jauh. Saya menginap di daerah Bumirejo, tepatnya di Jl. K.H Ahmad Dahlan. Sebelumnya saya sudah booking untuk 1 kasur di dormitory, namun karena tidak adanya loker & ditawarkan kamar khusus yang selisihnya hanya 15ribu, sayapun memilih kamar tersebut.
Kamarnya cukup nyaman dan sederhana untuk di daerah Jawa Tengah. Memang saya sengaja tidak memilih hotel dengan alasan menghemat budget. Yang terpenting bisa beristirahat dengan cukup nyaman dan aman.
Beberapa lama istirahat di kamar, hujan pun tiba. Untungnya saya sudah tiba di penginapan tersebut dan tidak kehujanan. Akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan istirahat dan membatalkan rencana kunjungan saya ke Taman Mangrove, pasalnya tempat yang saya ingin kunjungi adalah outdoor dan khawatir yang didapat hanya kecewa saja.
Akhirnya saya lanjut istirahat, sambil menulis postingan ini, sambil menunggu malam tiba, sambil mencari tujuan lain. Hingga malam tiba dan akhirnya tidur.
Cerita di hari selanjutnya akan saya tulis pada postingan berikutnya, semoga berjalan lancar dan bisa terus update 🙂
Have a good day!
1 Response
[…] Sangat berbeda sekali dengan Museum Batik di Pekalongan yang sebelumnya pernah saya kunjungi https://mukharom.com/petualangan-ke-museum-batik-pekalongan/ […]